SEJARAH DAN PENGERTIAN AKUSTIK KELAUTAN
gambar: http://www.gulfofmaine.org
Definisi
Akustik Kelautan yang dalam bahasa Inggrisnya disebut
“Marine Acoustics”, adalah teori tentang Gelombang suara/akustik dan
perambatannya di air laut. Dengan demikian, dalam Akustik Kelautan ini proses
pembentukan gelombang suara sifat-sifat perambatannya, serta proses-proses
selanjutnya hanya dibatasi pada, medium air laut, bukan air secara keseluruhan
seperti halnya pada Akustik Bawah Air (Underwater Acoustics)
Sejarah
Perkembangan
Walaupun pengukuran kecepatan suara telah dilakukan
sejak tahun 1927 oleh, ahli Fisika Swiss dan ahli Matematika Perancis, tetapi secara komersial Akustik Kelautan mulai
dikembangkan oleh Inggris pada Perang Dunia II Pada permulaan Perang Dunia II
tersebut, diketemukanlah ASDlC (Anti Submarine Detection Investigating
Committee), suatu instrumen akustik yang digunakan untuk mendeteksi kapal selam
(submarine) (Urick, 1983).
Untuk tujuan-tujuan
damai, khususnya dalam eksplorasi dam eksploitasi sumberdaya hayati laut, baru
dilakukan setelah Perang Dunia III. Secara garis besar sampai dekade (dasawarsa 80-an), kiranya dapat kita
catat beberapa kemajuan penting yang telah dicapai oleh para ahli Akustik
Kelautan seperti tertera berikut ini.
(1) Dekade 1945 - 1955
Pada
periode ini, pengalaman pendeteksian ikan yang diperoleh sebelumya (khususnya
oleh ahli Norwegia yang bernama Sund, 1935) mulai dimanfaatkan untuk membantu pemenuhan
permintaan akan pangan dan protein. Kemudian pada tahun 1950, seorang ahli
Norwegia juga (Devold) berhasil mendeteksi dan melokalisir gerombalan ikan
Atlanto scandian herring yang sedang Mencari ikan. Selanjutnya pada musim
dingin 1950-1951, Devold berhasil juga mendeteksi gerombolan ikan herring
dewasa yang akan melakukan pemijahan. Setelah alat pendeteksian akustik menjadi
alat baku (standard), bukan saja untuk kapal-kapal peneliti perikanan tetapi
juga untuk armada penangkapan, ikan (fishing fleets, terutama oleh
negara-negara Scandinavia dan Uni Soviet.
(2) Dekade 1955 - 1965
Pada permulaan periode ini berkat pengembangan daerah
penangkapan ikan misalnya dengan ditemukannya sistem-upwelling di dunia, maka
produksi ikan sangat meningkat. Oleh Perserik.atan Bangsa bangsa PBB dimulailah
dibuat proyek, pengembangan di Somalia, kemudian dengan cepat disusul oleh
negara-negara penangkap ikan yang memiliki penangkapan ikan jarak jauh
(long-distance fleets) seperti Jepang dan Uni Soviet.
Ekspansi tersebut pads prinsipnya adalah berkat peningkatan
penggunaan instrumen pendeteksian ikan baik horizontal (sonar) maupun vertical
(echo sounder). Beberapa negara maju secara berlomba-lomba membuat instrumen
kelautan tersebut, yakni Norwegia, Inggris Perancis, Amerika, Jerman, Jepang
dan Uni Soviet. Kuantifikasi dari pendugaan stok ikan dilakukan dengan melihat
echogram, sehingga hanya bisa menentukan saat-saat yang tepat untuk
mengoperasikan alat penangkapan ikan.
(3) Dekade 1965 - 1975
Pada permulaah
periode ini, produksi ikan dunia mulai merosot sehingga penangkapan ikan harus
dilakukan dengan hati-hati dengan memperhitungkan kemelimpahan stoknya. Dengan
demikian, maka mulailah dikembangkan metode akustik untuk “stock assessment”
dalam rangka manajemen stok ikan yang bersangkutan.
Dalam periode ini mulai dikembangkan "pulse
counter'' oleh Inggris untuk menghitung jumlah individu target (ikan).
Selanjutnya oleh Norwegia diketemukan "Analog Echo Integrator" untuk
menghitung total biomass dari suatu perairan, yang disursvai yang kemudian
dikenal dengan nama SIMRAD QM-Echo Integrator. Ternyata kemudian analog echo
integrator ini relatif mahal untuk diproduksi. secara komersial dan sangat
sulit untuk dikalibrasi yakni untuk mengkonversi nilai integrasi echo menjadi
estimasi biomass.
Dengan adanya
berbagai kesulitan tersebut, Amerika (University of Washington di Seattle)
mulai meneliti dan mengembangkan “digital echo integrator”. Terobosan ini
dimungkinkan karena diketemukan alat pemrosesan sinyal (echo signal processor)
yang baru dan berkat bantuan teknologi komputerisasi, khususnya
minicomputer. Selanjutnya untuk
pengukuran in situ target strength, oleh ahli fisika & matematika Amerika
(Ehrenberg) diketemukanlah “dual-beam acoustic system” yang kemudian disusul dengan
dikembangkannya “towed-underwater vehicle” yang selanjutnya menjadi keunggulan
komparatif dari produksi Amerika.
(4) Dekade 1975 - 1985
Walaupun ide “split-beam system” pertama kali ditemukan
di Amerika, tetapi untuk penerapan teknologinya dikembangkan oleh Norwegia
yakni dengan diproduksinya “SIMRAD split-beam acoustic system”. Sistem ini yang
merupakan keunggulan teknologi yang dimiliki Norwegia sebenarnya merupakan
pengembangan dari “SIMRAD QD-Echo Integrator” (digital echo integrator) yang
memiliki kelemahan dalam mendapatkan nilai “in situ target strength”. Jadi
jelaslah bahwa kalau di Norwegia pengembangan “scientific echo sounder”
dipusatkan pada “split-beam acoustic system”, maka di Amerika pengembangan di
fokuskan pada “dual-beam acoustic system” yang secara “real time” dapat
menghitung nilai target strength (TS), volume backscattering strength (SV), dan
kemudian biomass atau jumlah ikan.
Jepang-pun tidak tinggal diam dalam rangka inovasi
teknologi canggih di bidang akustik kelautan ini yakni dengan diketemukannya
"frequency-diversity acoustic system” dan quasi-ideal-beam acoustic
system". Sistem yang pertama dikembangkan oleh Japan Radio Company (JRC),
sedangkan sistem yang kedua dikembangkan oleh FURUNO dan akhir-akhir ini secara
teknologi Memiliki kedudukan yang sejajar dengan "dual-beam acoustic
system" America dam "split-beam acoustic system'' Norwegia.
sumber: catatan materi kuliah akustik kelautan fakultas perikanan dan ilmu kelautan Universitas Brawijaya
No comments:
Post a Comment
BERKOMENTARLAH YANG BAIK DAN SOPAN