Thursday, December 5, 2013

Laporan praktikum TLI: Respon ikan terhadap perubahan suhu

Laporan praktikum TLI: Respon ikan terhadap perubahan suhu




BAB I
PENDAHULUAN






1.1 Latar Belakang



Suhu adalah salah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi aktivitas dan perkembangbiakan dari organisme tersebut. oleh karena itu banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertantu terhadap suhu, ada yang mempunyai toleransi besar terhadap perubahan suhu. ada yang mempuunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu disebut bersifat Euryterm.
yang bertoleransi kecil bersifat stenoterm. ikan-ikan didaerah sub tropis dan kutub mampu mentolerir suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah tropis menyukai suhu yang hangat (Kitagawa (2006) dalam Wayan (2012).
Perubahan suhu dari keadaan normal menjadi lebih panas atau lebih dingin di suatu perairan dapat dipengaruhi oleh keadaan alam seperti pemanasan oleh matahari, perubahan musim, gejala pergeseran  dasar perairan, letusan gunung merapi bawah laut dan sebagainya. Setiap jenis ikan biasanya mempunyai kisaran suhu  di perairan yang cocok . Dalam keadaan suhu normal tingkah laku ikan akan berjalan dengan normal juga (Elfirah, 2012).
Dengan mengetahui bagaimana tingkah laku ikan terhadap lingkungan dapat untuk membantu dalam hal penangkapan. Selain itu dengan mengetahui bagaimana tingkah laku suatu ikan terhadap suhu, juga bisa bermanfaat dalam hal budidaya. Suhu sangat bermanfaat dalam menentukan suatu daerah atau letak alat tangkap. Oleh karena itu agar mengetahui bagaimana suatu tingkah laku ikan terhadap suhu dilakukan pengamatan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum Tingkah Laku Ikan respon terhadap perubahan suhu yaitu:
a.         Mengetahui bagaimana tingkah laku ikan pada perubahan suhu.
b.         Mengetahui hubungan suhu dengan proses penangkapan maupun budidaya.
Tujuan dari praktikum Tingkah Laku Ikan respon terhadap perubahan suhu yaitu :
a.         Praktikan dapat mempraktikan pengamatan mengenai tingkah laku ikan terhadap respon perubahan suhu
b.         Praktikan dapat menjelaskan bagaimana kaitan suhu dengan proses penangkapan atau budidaya

1.3      Waktu dan Tempat

Praktikum Tingkah Laku Ikan tentang Respon terhadap Perubahan Suhu dilaksanakan pada pukul 07.00-08.30 WIB pada hari Senin, 02 Desember 2013 di Laboratorium......












BAB II 
TUNJAUAN PUSTAKA


2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan

Menurut Saanin (1984) dalam Ali (2013), klasifikasi ikan nila yaitu :
Filum              : Chordata
Subfilum        : Vertebrata
Kelas              : Osteichtes
Sub Kelas     : Achantoptherygii
Ordo               : Perchomophi
Sub Ordo       : Percoidea
Family                        : Chicildae
Species          : Oreochromis. Sp

Ikan nila gift mempunyai bentuk tubuh lebih pendek. Tubuhnya lebih tebal, warna tubuhnya hitam keputihan, kepalanya relatif kecil, sisik berukuran besar, kasar, tersusun rapi, matanya besar, menonjol dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea lateralis) terputus dibagian tengah badannya dagingnya cukup tebal dan tidak terdapat duri-duri halus didalamnya (Arie (1999) dalam Jupri (2012).

Ikan nila memilki lima buah sirip, yakni sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (ventral fin), sirip anus (anal fin) dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggunya memanjang dari bagian atas tutup ingsang hingga bagian atas sirip ekor, terdapat juga sepasang sisrip dada dan sirip perut yang berukuran kecil. Sirip anusnya hanya satu buah dan berbentuk agak panjang, sedangkan sirip ekornya berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah (Suyanto, 1994 dalam Jupri (2012).

2.2 Tingkah Laku Umum dan khusus ikan

Secara alami, ikan nila bisa memijah sepanjang tahun di daerah tropis. frekuensi pemijahan yang terbanyak terjadi pada musim hujan. Di alamnnya ikan nila bisa memijah 6-7 kali dalam setahun. berarti rata-rata setiap dua bulan sekali ikan nila akan berkembang biak. ikan akan mencapai stadium dewasa pada umur 4-5 bulan dengan bobot sekitar 250 gram (Khairul dan Khairuman , 2008).
ikan akan mengurangi kecepatan renangnya setelah melakukan kontak degan jaring. ikan yang bergerak pertama kali untuk mengambil makanan pada umumnya adalah ikan-ikan yang memunyai ikuran tubuh yang besar. indera yang mempunyai peranan paling besar dalam pencarina makanan adalah mata, namun di tunkang juga dengan indra penciuman (Galamda, 2003).

2.3 Sistem Syaraf dan sistem Endokrin

ikan akan mengurangi kecepatan renangnya setelah melakukan kontak degan jaring. ikan yang bergerak pertama kali untuk mengambil makanan pada umumnya adalah ikan-ikan yang memunyai ikuran tubuh yang besar. indera yang mempunyai peranan paling besar dalam pencarina makanan adalah mata, namun di tunkang juga dengan indra penciuman (Elfirah, 2012).
Syaraf adalah organ yang paling dulu dibentuk dari lapisan terluar (exoderm) yang berfungsi sebagai penghubung. System syaraf bersama-sama dengan system hormonal mengatur peranan penting dalam proses koordinasi dan pengaturan semua aktivitas yang berlangsung dalam tubuh. Perbedaannya adalah bahwa koordinasi dan pengaturan melalui saraf berjalan relative cepat jika dibandingkan melalui system hormonal. Pusat koordinasi syaraf terdapat pada otak dan sumsum tulang belakang yang menyampaikan perintah melalui impuls syaraf yang dibawa oleh syaraf motoris ke organ-organ efektor, dan sebaliknya, otak akan menerima informasi melalui sinyal-sinyal yang dibawa oleh syaraf sensoris dari reseptor (Zay, 2008).

2.4 Kecepatan Renang ikan

kecepatan renang dan kecepatan jelajah bervariasi terhadap ukuran ikan dan antar spesies (Laevastu dan Hayes, 1981). Blaxter dan Dickson (1959) dalam Laevastu dan Hayes, (1981), memperkirakan bahwa iakn kecil (Panjang kurang dari 30 cm) dapat berenang kira-kira 10 kali panjang tubuhnya perdetik, kecepatan maksimum untuk ikan yang lebih besar relatif lebih kecil (Sarip, 2000).
Menurut Najammudin (2011), Kecepatan renang ikan sangat penting dalam hubungannya dengan efektifitas pengoperasian trawl dan menambah pengetahuan kita bagaimana cepatnya ikan akan melelahkan pada bagian alat yang ditarik atau didorong.
2.5 Stress Ikan

2.5.1     Pengertian Stress ikan

Stres merupakan suatu rangsangan yang menaikkan batas keseimbangan psikologi dalam diri ikan terhadap lingkungannya. Biasanya stres pada ikan diakibatkan perubahan lingkungan akibat beberapa hal atau perlakuan misalnya akibat pengangkutan/transportasi ikan-ikan yang dimasukkan ke dalam jaring apung di laut dari tempat pengangkutan biasanya akan mengalami shock, berhenti makan dan mengalami pelemahan daya tahan terhadap penyakit (Tarwiyah, 2001).
Stres adalah kondisi fisiologis internal yang disebabkan oleh kondisi eksternal. Stres juga dapat digambarkan sebagai respon hormonal internal dari sebuah organisme hidup yang disebabkan oleh lingkungan atau faktor eksternal lainnya yang menyebabkan kendisi fisiologis organisme dalam kondisi yang tidak normal. Stres dapat mengganggu keseimbangan fisiologis ikan atau homeostasis dengan mempercepat aliran energi dalam sistem (Zaifbio, 2012).

2.5.2     Penyebab Stres Pada Ikan

Menurut Tarwiyah (2011), penyebab stres pada ikan antara lain lingkungan yang kurang baik, oksigen terlarut rendah, serta infeksi bakteri pada tubuh ikan.
Menurunya kadar hematokrit  dapat  dijadikan  sebagai indikator  rendahnya  kandungan protein  dalam  pakan,  defisiensi  vitamin  atau  ikan  menderita  infeksi, sedangkan  meningkatnya  kadar hematokrit  dan  eritrosit menunjukkan bahwa  ikan  dalam keadaan stres (Klontz  dalam Johni et al (2004) dalam Henni dan Yusni (2011)

2.5.3     Efek stress ikan
Perubahan  suhu  dapat menyebabkan  stres  pada  ikan.  Ikan yang  mengalami  stres  akan meningkatkan  sekresi  katekolamin dan kortisol. Kedua hormon tersebut pada  kadar  tinggi  berpengaruh negatif  terhadap  sistem  imunitas ikan,  karena  meningkatnya  kortisol dalam  plasma  akan  menghambat pembentukan  interlukin  I  dan  II. Akibatnya  ikan  akan  menurun kekebalannya  dan  mudah  terinfeksi patogen,  dengan  demikian,  dapat menyebabkan tingkat kematian  yang tinggi (Henni dan Yusni, 2011).
Infeksi bakteri biasanya timbul apabila ikan menderita stres. Kematian banyak terjadi pada ikan yang menderita stres karena serangan bakteri yang menyebabkan infeksi (Tarwiyah, 2001).

2.6 Hubungan stres ikan dengan penangkapan

Menurut Susanto (1992) dalam Adam dkk (2010), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi diawal penebaran dan selama pemeliharaan, diantaranya yaitu cara penangkpan yang kurang hati-hati sehingga menyebabkan ikan stres dan mengibaskan ekornya sehingga memperkeruh air kolam yang mengakibatkan oksigen berkurang. selai itu, pemilihan waktu penangkapan yang salah yaitu pada siang hari yang menyebabkan ikan stress.
Ikan akan stress karena perubahan lingkungan misalnya akibat pengangkutan/transportasi ikan-ikan yang dimasukkan ke dalam jaring apung di laut dari tempat pengangkutan biasanya akan mengalami shock, berhenti makan dan mengalami pelemahan daya tahan terhadap penyakit (Tarwiyah, 2001).

 sumber literatur / jurnal: Download

No comments:

Post a Comment

BERKOMENTARLAH YANG BAIK DAN SOPAN