Monday, October 28, 2013

SEJARAH DAN PENGERTIAN AKUSTIK KELAUTAN

SEJARAH DAN PENGERTIAN AKUSTIK KELAUTAN


 Definisi
Akustik Kelautan yang dalam bahasa Inggrisnya disebut “Marine Acoustics”, adalah teori tentang Gelombang suara/akustik dan perambatannya di air laut. Dengan demikian, dalam Akustik Kelautan ini proses pembentukan gelombang suara sifat-sifat perambatannya, serta proses-proses selanjutnya hanya dibatasi pada, medium air laut, bukan air secara keseluruhan seperti halnya pada Akustik Bawah Air (Underwater Acoustics)

            Sejarah Perkembangan
Walaupun pengukuran kecepatan suara telah dilakukan sejak tahun 1927 oleh, ahli Fisika Swiss dan ahli Matematika Perancis,  tetapi secara komersial Akustik Kelautan mulai dikembangkan oleh Inggris pada Perang Dunia II Pada permulaan Perang Dunia II tersebut, diketemukanlah ASDlC (Anti Submarine Detection Investigating Committee), suatu instrumen akustik yang digunakan untuk mendeteksi kapal selam (submarine) (Urick, 1983).
Untuk  tujuan-tujuan damai, khususnya dalam eksplorasi dam eksploitasi sumberdaya hayati laut, baru dilakukan setelah Perang Dunia III. Secara garis besar sampai dekade         (dasawarsa 80-an), kiranya dapat kita catat beberapa kemajuan penting yang telah dicapai oleh para ahli Akustik Kelautan seperti tertera berikut ini.

(1)        Dekade 1945 - 1955
Pada periode ini, pengalaman pendeteksian ikan yang diperoleh sebelumya (khususnya oleh ahli Norwegia yang bernama Sund, 1935) mulai dimanfaatkan untuk membantu pemenuhan permintaan akan pangan dan protein. Kemudian pada tahun 1950, seorang ahli Norwegia juga (Devold) berhasil mendeteksi dan melokalisir gerombalan ikan Atlanto scandian herring yang sedang Mencari ikan. Selanjutnya pada musim dingin 1950-1951, Devold berhasil juga mendeteksi gerombolan ikan herring dewasa yang akan melakukan pemijahan. Setelah alat pendeteksian akustik menjadi alat baku (standard), bukan saja untuk kapal-kapal peneliti perikanan tetapi juga untuk armada penangkapan, ikan (fishing fleets, terutama oleh negara-negara Scandinavia dan Uni Soviet.

(2)        Dekade 1955 - 1965
Pada permulaan periode ini berkat pengembangan daerah penangkapan ikan misalnya dengan ditemukannya sistem-upwelling di dunia, maka produksi ikan sangat meningkat. Oleh Perserik.atan Bangsa bangsa PBB dimulailah dibuat proyek, pengembangan di Somalia, kemudian dengan cepat disusul oleh negara-negara penangkap ikan yang memiliki penangkapan ikan jarak jauh (long-distance fleets) seperti Jepang dan Uni Soviet.
Ekspansi tersebut pads prinsipnya adalah berkat peningkatan penggunaan instrumen pendeteksian ikan baik horizontal (sonar) maupun vertical (echo sounder). Beberapa negara maju secara berlomba-lomba membuat instrumen kelautan tersebut, yakni Norwegia, Inggris Perancis, Amerika, Jerman, Jepang dan Uni Soviet. Kuantifikasi dari pendugaan stok ikan dilakukan dengan melihat echogram, sehingga hanya bisa menentukan saat-saat yang tepat untuk mengoperasikan alat penangkapan ikan.

(3)        Dekade 1965 - 1975
            Pada permulaah periode ini, produksi ikan dunia mulai merosot sehingga penangkapan ikan harus dilakukan dengan hati-hati dengan memperhitungkan kemelimpahan stoknya. Dengan demikian, maka mulailah dikembangkan metode akustik untuk “stock assessment” dalam rangka manajemen stok ikan yang bersangkutan.
Dalam periode ini mulai dikembangkan "pulse counter'' oleh Inggris untuk menghitung jumlah individu target (ikan). Selanjutnya oleh Norwegia diketemukan "Analog Echo Integrator" untuk menghitung total biomass dari suatu perairan, yang disursvai yang kemudian dikenal dengan nama SIMRAD QM-Echo Integrator. Ternyata kemudian analog echo integrator ini relatif mahal untuk diproduksi. secara komersial dan sangat sulit untuk dikalibrasi yakni untuk mengkonversi nilai integrasi echo menjadi estimasi biomass.
            Dengan adanya berbagai kesulitan tersebut, Amerika (University of Washington di Seattle) mulai meneliti dan mengembangkan “digital echo integrator”. Terobosan ini dimungkinkan karena diketemukan alat pemrosesan sinyal (echo signal processor) yang baru dan berkat bantuan teknologi komputerisasi, khususnya minicomputer.  Selanjutnya untuk pengukuran in situ target strength, oleh ahli fisika & matematika Amerika (Ehrenberg) diketemukanlah “dual-beam acoustic system” yang kemudian disusul dengan dikembangkannya “towed-underwater vehicle” yang selanjutnya menjadi keunggulan komparatif dari produksi Amerika.

(4)        Dekade 1975 - 1985
Walaupun ide “split-beam system” pertama kali ditemukan di Amerika, tetapi untuk penerapan teknologinya dikembangkan oleh Norwegia yakni dengan diproduksinya “SIMRAD split-beam acoustic system”. Sistem ini yang merupakan keunggulan teknologi yang dimiliki Norwegia sebenarnya merupakan pengembangan dari “SIMRAD QD-Echo Integrator” (digital echo integrator) yang memiliki kelemahan dalam mendapatkan nilai “in situ target strength”. Jadi jelaslah bahwa kalau di Norwegia pengembangan “scientific echo sounder” dipusatkan pada “split-beam acoustic system”, maka di Amerika pengembangan di fokuskan pada “dual-beam acoustic system” yang secara “real time” dapat menghitung nilai target strength (TS), volume backscattering strength (SV), dan kemudian biomass atau jumlah ikan.

Jepang-pun tidak tinggal diam dalam rangka inovasi teknologi canggih di bidang akustik kelautan ini yakni dengan diketemukannya "frequency-diversity acoustic system” dan quasi-ideal-beam acoustic system". Sistem yang pertama dikembangkan oleh Japan Radio Company (JRC), sedangkan sistem yang kedua dikembangkan oleh FURUNO dan akhir-akhir ini secara teknologi Memiliki kedudukan yang sejajar dengan "dual-beam acoustic system" America dam "split-beam acoustic system'' Norwegia.

sumber: catatan materi kuliah akustik kelautan fakultas perikanan dan ilmu kelautan Universitas Brawijaya

No comments:

Post a Comment

BERKOMENTARLAH YANG BAIK DAN SOPAN