Laporan praktikum TLI: Respon ikan terhadap perubahan suhu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suhu adalah salah salah satu faktor
yang amat penting bagi kehidupan organisme di perairan, karena suhu
mempengaruhi aktivitas dan perkembangbiakan dari organisme tersebut. oleh
karena itu banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di berbagai
tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertantu terhadap suhu, ada yang
mempunyai toleransi besar terhadap perubahan suhu. ada yang mempuunyai toleransi
yang besar terhadap perubahan suhu disebut bersifat Euryterm.
yang bertoleransi kecil bersifat stenoterm. ikan-ikan didaerah sub tropis dan kutub mampu mentolerir suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah tropis menyukai suhu yang hangat (Kitagawa (2006) dalam Wayan (2012).
yang bertoleransi kecil bersifat stenoterm. ikan-ikan didaerah sub tropis dan kutub mampu mentolerir suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah tropis menyukai suhu yang hangat (Kitagawa (2006) dalam Wayan (2012).
Perubahan suhu dari keadaan normal
menjadi lebih panas atau lebih dingin di suatu perairan dapat dipengaruhi oleh
keadaan alam seperti pemanasan oleh matahari, perubahan musim, gejala
pergeseran dasar perairan, letusan gunung merapi bawah laut dan
sebagainya. Setiap jenis ikan biasanya mempunyai kisaran suhu di perairan
yang cocok . Dalam keadaan suhu normal tingkah laku ikan akan berjalan dengan
normal juga (Elfirah, 2012).
Dengan mengetahui bagaimana tingkah
laku ikan terhadap lingkungan dapat untuk membantu dalam hal penangkapan.
Selain itu dengan mengetahui bagaimana tingkah laku suatu ikan terhadap suhu,
juga bisa bermanfaat dalam hal budidaya. Suhu
sangat bermanfaat dalam menentukan suatu daerah atau letak alat tangkap. Oleh
karena itu agar mengetahui bagaimana suatu tingkah laku ikan terhadap suhu
dilakukan pengamatan.
1.2 Maksud dan
Tujuan
Maksud dari praktikum Tingkah Laku Ikan respon
terhadap perubahan suhu yaitu:
a.
Mengetahui
bagaimana tingkah laku ikan pada perubahan suhu.
b.
Mengetahui hubungan
suhu dengan proses penangkapan maupun budidaya.
Tujuan dari praktikum Tingkah Laku
Ikan respon terhadap perubahan suhu yaitu :
a.
Praktikan dapat
mempraktikan pengamatan mengenai tingkah laku ikan terhadap respon perubahan
suhu
b.
Praktikan dapat
menjelaskan bagaimana kaitan suhu dengan proses penangkapan atau budidaya
1.3
Waktu dan Tempat
Praktikum Tingkah Laku Ikan tentang
Respon terhadap Perubahan Suhu dilaksanakan pada pukul 07.00-08.30 WIB pada
hari Senin, 02 Desember 2013 di Laboratorium......
BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi
dan Morfologi Ikan
Menurut Saanin (1984) dalam
Ali (2013), klasifikasi ikan nila yaitu :
Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Osteichtes
Sub
Kelas : Achantoptherygii
Ordo
: Perchomophi
Sub
Ordo : Percoidea
Family
: Chicildae
Species
: Oreochromis. Sp
Ikan nila gift mempunyai bentuk tubuh
lebih pendek. Tubuhnya lebih tebal, warna tubuhnya hitam keputihan, kepalanya
relatif kecil, sisik berukuran besar, kasar, tersusun rapi, matanya besar,
menonjol dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea lateralis)
terputus dibagian tengah badannya dagingnya cukup tebal dan tidak terdapat
duri-duri halus didalamnya (Arie (1999) dalam Jupri (2012).
Ikan nila memilki lima buah sirip,
yakni sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin),
sirip perut (ventral fin), sirip anus (anal fin) dan sirip ekor (caudal
fin). Sirip punggunya memanjang dari bagian atas tutup ingsang hingga
bagian atas sirip ekor, terdapat juga sepasang sisrip dada dan sirip perut yang
berukuran kecil. Sirip anusnya hanya satu buah dan berbentuk agak panjang,
sedangkan sirip ekornya berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah (Suyanto,
1994 dalam Jupri (2012).
2.2 Tingkah Laku Umum dan khusus ikan
Secara alami, ikan nila bisa memijah
sepanjang tahun di daerah tropis. frekuensi pemijahan yang terbanyak terjadi
pada musim hujan. Di alamnnya ikan nila bisa memijah 6-7 kali dalam setahun.
berarti rata-rata setiap dua bulan sekali ikan nila akan berkembang biak. ikan
akan mencapai stadium dewasa pada umur 4-5 bulan dengan bobot sekitar 250 gram
(Khairul dan Khairuman , 2008).
ikan akan mengurangi kecepatan
renangnya setelah melakukan kontak degan jaring. ikan yang bergerak pertama
kali untuk mengambil makanan pada umumnya adalah ikan-ikan yang memunyai ikuran
tubuh yang besar. indera yang mempunyai peranan paling besar dalam pencarina
makanan adalah mata, namun di tunkang juga dengan indra penciuman (Galamda, 2003).
2.3 Sistem Syaraf dan sistem Endokrin
ikan akan mengurangi kecepatan renangnya setelah melakukan kontak degan
jaring. ikan yang bergerak pertama kali untuk mengambil makanan pada umumnya
adalah ikan-ikan yang memunyai ikuran tubuh yang besar. indera yang mempunyai
peranan paling besar dalam pencarina makanan adalah mata, namun di tunkang juga
dengan indra penciuman (Elfirah, 2012).
Syaraf adalah organ yang
paling dulu dibentuk dari lapisan terluar (exoderm) yang berfungsi sebagai
penghubung. System syaraf bersama-sama dengan system hormonal mengatur peranan
penting dalam proses koordinasi dan pengaturan semua aktivitas yang berlangsung
dalam tubuh. Perbedaannya adalah bahwa koordinasi dan pengaturan melalui saraf
berjalan relative cepat jika dibandingkan melalui system hormonal. Pusat
koordinasi syaraf terdapat pada otak dan sumsum tulang belakang yang
menyampaikan perintah melalui impuls syaraf yang dibawa oleh syaraf motoris ke
organ-organ efektor, dan sebaliknya, otak akan menerima informasi melalui
sinyal-sinyal yang dibawa oleh syaraf sensoris dari reseptor (Zay, 2008).
2.4 Kecepatan Renang ikan
kecepatan renang dan kecepatan
jelajah bervariasi terhadap ukuran ikan dan antar spesies (Laevastu dan Hayes,
1981). Blaxter dan Dickson (1959) dalam Laevastu dan Hayes, (1981),
memperkirakan bahwa iakn kecil (Panjang kurang dari 30 cm) dapat berenang
kira-kira 10 kali panjang tubuhnya perdetik, kecepatan maksimum untuk ikan yang
lebih besar relatif lebih kecil (Sarip, 2000).
Menurut Najammudin (2011), Kecepatan
renang ikan sangat penting dalam hubungannya dengan efektifitas pengoperasian
trawl dan menambah pengetahuan kita bagaimana cepatnya ikan akan melelahkan
pada bagian alat yang ditarik atau didorong.
2.5 Stress Ikan
2.5.1
Pengertian Stress
ikan
Stres merupakan suatu rangsangan yang
menaikkan batas keseimbangan psikologi dalam diri ikan terhadap lingkungannya.
Biasanya stres pada ikan diakibatkan perubahan lingkungan akibat beberapa hal
atau perlakuan misalnya akibat pengangkutan/transportasi ikan-ikan yang
dimasukkan ke dalam jaring apung di laut dari tempat pengangkutan biasanya akan
mengalami shock, berhenti makan dan mengalami pelemahan daya tahan terhadap
penyakit (Tarwiyah, 2001).
Stres adalah kondisi fisiologis internal
yang disebabkan oleh kondisi eksternal. Stres juga dapat digambarkan sebagai
respon hormonal internal dari sebuah organisme hidup yang disebabkan oleh
lingkungan atau faktor eksternal lainnya yang menyebabkan kendisi fisiologis
organisme dalam kondisi yang tidak normal. Stres dapat mengganggu keseimbangan
fisiologis ikan atau homeostasis dengan mempercepat aliran energi dalam sistem
(Zaifbio, 2012).
2.5.2
Penyebab Stres Pada
Ikan
Menurut Tarwiyah (2011), penyebab
stres pada ikan antara lain lingkungan yang kurang baik, oksigen terlarut
rendah, serta infeksi bakteri pada tubuh ikan.
Menurunya kadar hematokrit
dapat dijadikan sebagai indikator rendahnya kandungan
protein dalam pakan, defisiensi vitamin
atau ikan menderita infeksi, sedangkan
meningkatnya kadar hematokrit dan eritrosit menunjukkan
bahwa ikan dalam keadaan stres (Klontz dalam Johni et
al (2004) dalam Henni dan Yusni (2011)
2.5.3
Efek stress ikan
Perubahan suhu dapat
menyebabkan stres pada ikan. Ikan yang
mengalami stres akan meningkatkan sekresi katekolamin
dan kortisol. Kedua hormon tersebut pada kadar tinggi
berpengaruh negatif terhadap sistem imunitas ikan,
karena meningkatnya kortisol dalam plasma akan
menghambat pembentukan interlukin I dan II.
Akibatnya ikan akan menurun kekebalannya dan
mudah terinfeksi patogen, dengan demikian, dapat
menyebabkan tingkat kematian yang tinggi (Henni dan Yusni, 2011).
Infeksi bakteri biasanya timbul
apabila ikan menderita stres. Kematian banyak terjadi pada ikan yang menderita
stres karena serangan bakteri yang menyebabkan infeksi (Tarwiyah, 2001).
2.6 Hubungan stres ikan dengan
penangkapan
Menurut Susanto (1992) dalam Adam dkk
(2010), menyatakan bahwa kematian ikan dapat terjadi diawal penebaran dan
selama pemeliharaan, diantaranya yaitu cara penangkpan yang kurang hati-hati
sehingga menyebabkan ikan stres dan mengibaskan ekornya sehingga memperkeruh
air kolam yang mengakibatkan oksigen berkurang. selai itu, pemilihan waktu
penangkapan yang salah yaitu pada siang hari yang menyebabkan ikan stress.
Ikan akan stress karena perubahan
lingkungan misalnya akibat pengangkutan/transportasi ikan-ikan yang dimasukkan
ke dalam jaring apung di laut dari tempat pengangkutan biasanya akan mengalami
shock, berhenti makan dan mengalami pelemahan daya tahan terhadap penyakit
(Tarwiyah, 2001).
sumber literatur / jurnal: Download
No comments:
Post a Comment
BERKOMENTARLAH YANG BAIK DAN SOPAN